Minggu, 15 April 2012

PENYAKIT BLAS (Pyricularia Oryzae Cav) PADA TANAMAN PADI & PENGENDALIANNYA


PENDAHULUAN

Penyakit Blas disebabkan oleh meluasnya serangan jamur Pyricularia oryzae (P. grisea). Jamur ini menyerang tanaman padi pada masa vegetatif menimbulkan gejala blas daun (leaf blast) dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada daun berwarna ungu kekuningan. Semakin lama bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah ketupat dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu dengan bagian tepi kecoklatan. Serangan pada fase generatif menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher). Penyakit blas merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya padi karena bila terserang jamur Pyricularia oryzae ini bila tidak diwaspadai sejak awal akan mengakibatkan penurunan produksi hingga 70 %.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BLAS

Padi merupakan inang utama sebagai tempat berkembangnya jamur Pyricularia oryzae sehingga apabila tanaman padi tumbuh serempak di suatu hamparan dan sudah pernah ada gejala serangan sebelumnya maka besar kemungkinan blas ini akan segera menyebar apabila didukung oleh kelembapan dan suhu optimum yaitu antara 24º C - 28º C.
Pyricularia oryzae menyerap nutrisi tanaman padi untuk memperbanyak diri dan mempertahankan hidup. Bila menyerang pada daun muda, menyebabkan proses pertumbuhan tidak normal, beberapa daun menjadi kering dan mati. Blas pada daun banyak menyebabkan kerusakan antara fase pertumbuhan hingga fase anakan maksimum. Infeksi pada daun setelah fase anakan maksimum biasanya tidak menyebabkan kehilangan hasil yang terlalu besar, namun infeksi pada awal pertumbuhan sering menyebabkan puso terutama varietas yang rentan. Penggunaan fungisida pada fase vegetatif sangat dianjurkan apabila guna menekan tingkat intensitas serangan blas daun dan juga dapat mengurangi infeksi pada tangkai malai (blas leher).
Pemupukan unsur Nitrogen dimusim penghujan yang tinggi juga akan memicu pertumbuhan Pyricularia oryzae. Pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan ketersediaan nutrisi yang ideal dan lemahnya jaringan daun, sehingga spora blas pada awal pertumbuhan dapat menginfeksi optimal dan menyebabkan kerusakan serius pada tanaman padi.
Penanaman padi terutama pada musim tanam rendengan/hujan haruslah ekstra hati-hati. Dengan curah hujan yang tinggi serta adanya faktor angin memicu perkembangan blas dapat meluas dengan cepat. Pengelolaan jarak tanam yang terlalu rapat juga akan mempengaruhi kecepatan perluasan penyakit ini.

USAHA-USAHA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

Berikut adalah beberapa cara pencegahan dan Pengendalian:
1. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pada tanaman padi .
Salah satu tujuan PTT adalah mampu menekan penurunan hasil akibat OPT(Organisme penggangu Tumbuhan) antara lain dengan jalan sebagai berikut :
a. Penggunaan varietas tahan & pembenaman jerami
Penggunaan varietas baru yang tahan terhadap blas sangat dianjurkan bagi daerah yang endemi terhadap blas antara lain : Inpari 13, Luk ulo, Silugonggo, Batang Piaman, Inpago dll.
Proses dekomposisasi jerami selain dapat berfungsi sebagai pupuk organik juga dapat membunuh miselia blas dan tidak berpotensi untuk berkembang.
b. Pemupukan berimbang
Penggunaan pupuk sesuai anjuran terutama pada daerah-daerah endemi penyakit blas terutama dengan penggunaan Nitrogen yang tidak berlebihan dan dengan penggunaan kalium dan phosfat, dianjurkan agar dapat mengurangi infeksi blas di lapangan. Penggunaan kalium mempertebal lapisan epidermis pada daun sehingga penetrasi spora akan terhambat dan tidak akan berkembang di lapangan.
c. Waktu tanam yang tepat
Pengaturan waktu tanam pada saat yang bertepatan banyak embun perlu dihindari agar pertanaman terhindar dari serangan penyakit blas yang berat. Keadaan ini memerlukan data iklim spesifik dari wilayah-wilayah pertanaman padi setiap lokasi.

2. Penggunaan Fungisida Kimia & Nabati
a. Fungisida Kimia
Penggunaan fungisida kimia juga dianjurkan bagi daerah yang endemi terhadap blas dengan ketentuan menggunakan Pengendalian Hama secara Terpadu dan tepat guna. Ada beberapa fungisida kimia yang bekerja secara sistemik di pasaran contoh : mikocide 70, Trycyclazole, Amistartop, Score, Pyoguilon, Nelumbo 250 EC, Prima Vit dll.
b. Fungisida Nabati
Fungisida nabati dapat berupa produk langsung jadi yang dijual dipasaran misalnya Inokulan/starter Trichoderma sp dan Gliocladium sp yang digunakan sebagai tindakan preventif pada masa vegetatif padi. Fungisida nabati juga dapat dibuat secara sederhana dari bahan-bahan sederhana. Berikut ini adalah beberapa cara membuat Fungisida Nabati:

Cara I

Bahan-bahan yang diperlukan (masing-masing 1-2 kg) :
1. bawang putih
2. temu ireng
3. temu lawak
4. umbi gadung
5. kencur
6. kalau mau lebih mantap, bisa ditambah kunir putih


Langkah pembuatan :
Cuci semua bahan dan tumbuk hingga halus dan campurkan jadi satu, campuran tersebut direndam dalam air bersih ± 5 liter air dalam wadah tertutup dan biarkan 3-4 hari hingga terjadi proses fermentasi setelah itu larutan diperas dan disaring dan siap digunakan. Untuk aplikasi, larutkan biang fungisida ini dalam air bersih dengan perbandingan 1 bagian : 4/5 bagian. Cara aplikasi bisa dengan disemprotkan ke tanaman yang terserang penyakit/belum (untuk pencegahan) dan atau dikocorkan langsung ke pangkal tanaman. Fungisida organik ini sekaligus juga bisa berfungsi sebagai pupuk organik cair (POC).

Cara II

Bahan
1. Lenkuas/ laos 1 kg
2. Kunyit/kunir 1 kg
3. Jahe 1 kg

Cara Pembuatan
1. Ketiga bahan ditumbuk atau diparut
2. Ambil sarinya dengan cara diperas
3. Bahan siap digunakan untuk 2 sendok makan dicampur dengan air 10 15 liter.

Cara III

Bahan :
1. Jahe 1 kg
2. Lengkuas 1 kg
3. Kunyit 1 kg
4. Labu siam 1kg

Caranya :
Keempat bahan tersebut diparut lalu diperas dan disaring diambil airnya. Masukkan air saringan tersebut ke dalam botol atau tempat air lainnya untuk persedian sewaktu-waktu. Untuk pemakaian campurlah setiap satu liter air dengan 20 cc larutan fungisida tersebut.
Jika diperlukan untuk bahan perekat lain dan sekaligus sebagai protein bagi tanaman maka tambahkan 2 butir telur ayam untuk campuran fungisida alami.


Cara IV

Bahan
Daun Sirih 300 Gram (± 30 lembar daun)
Daun Jambu biji (± 30 lembar daun)
Lengkuas 300 Gram

Alat
Blender

Cara Pembuatan
Bahan-bahan dihancurkan dengan blender dengan sedikit air. Kemudian diperas diambil airnya. 3-5 sendok dicampur 10-15 liter air untuk disemprotkan.

Cara V
Bahan :
Air Kelapa 7 liter
Susu segar 1 liter/ susu kaleng 1 buah
Kuning telur 7 butir
Madu 1 sendok makan
Gula 1 sendok makan
CIU (arak lokal) 1 liter bisa diganti dengan alkohol

Bahan-bahan tersebut dicampur dan dapat diaplikasikan dengan dosis 250 ml dicampur dengan air 10-14 liter (1 tangki)

PENUTUP

Penyakit Blas pada padi bisa dicegah sejak awal budidaya terutama bagi daerah endemi penyakit ini. Dengan leafleat ini mudah-mudahan bisa memberikan petunjuk teknis dalam pencegahan dan pengendalian penyakit blas pada padi.

Sumber Data :
www.gerbangpertanian.com

aliefardi.wordpress.com

Dadang Rohadi. Buku “Petunjuk Praktis Pembuatan Ramuan Alami Untuk Pertanian Organik”,
Biological Science Club (BScC) dengan Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan (PUSLUH) Departemen Kehutanan Republik Indonesia

bbpadi.litbang.deptan.go.id

Sabtu, 28 Januari 2012

Tantangan Bercocok Tanam di Musim Hujan

Di musim hujan yang ekstrim ini sangat berpengaruh sekali terhadap pola tanam padi sawah, terutama di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Musim hujan yang sedianya mulai di awal bulan September ternyata mundur hingga menjelang akhir bulan Oktober. Hal ini memaksa banyak petani di wilayah Kecamatan Kaliwungu harus memundurkan jadwal tanam padi sawah yang tadinya pertengahan bulan September sudah mulai tanam karena debit air yang kurang, menjadi tanam di bulan Desember bahkan di bulan Januari tahun 2012. Namun musim yang ditunggu pun datang di pertengahan bulan Oktober, namun kedatangan musim hujan tidak serta merta membawa kebahagiaan bagi petani di Kaliwungu, meskipun hujan datang kondisi debit air dari Kedung Pengilon masih belum stabil dan juga harus berbagi air di beberapa desa yang diperparah dengan banyaknya kerusakan sepanjang hulu hingga hilir membuat banyak petani masih menunda musim tanam hingga aliran air lancar.

Petani pun mulai menanam padi di awal bulan Desember. Namun pada bulan tersebut hujan mulai deras hal ini membuat beberapa sawah terkena dampak banjir. Sepanjang bulan Desember hingga hari ini dari hasil pantauan PPL dan mantri tani setempat tercatat kurang lebih 170 Ha sawah tergenang banjir dan 45 Ha diantaranya terkena Puso. Pengaruh cuaca juga memicu hama keong maupun sundep hal ini juga membuat beberapa petani harus menyulam benih baru.

Memang tidak mudah bagi Masyarakat Kaliwungu pada khususnya dan masyarakat petani pada umumnya akibat pengaruh cuaca dan kondisi alam setempat yang rentan terhadap banjir akibat cuaca ekstrim. Untuk itu diperlukan upaya-upaya pencegahan terhadap musim hujan yang ekstrim antara lain :
1. Pembenahan dan perbaikan saluran air diperlukan kerjasama dengan Dinas Pengairan setempat.
2. Pemakaian benih yang tahan terhadap air, baru-baru ini telah diperkenalkan Padi Varietas Inpara.
3. Gilir Varietas benih mencegah hama endemik di musim penghujan.
4. Update informasi mengenai curah hujan yang akan datang sehingga memungkinkan petani untuk bersiap-siap karena perkiraan waktu yang tepat akan berpengaruh terhadap tanaman. Pemerintah melalui BMKG dan dinas setempat harus mulai memberikan informasi yang akurat mengenai hal ini.
5. Penanaman padi sesuai PTT (Pengelolaan tanaman terpadu).